TUTORIAL PERNIKAHAN YANG SEHAT


ELSIAS RAMAR
Banyak pasangan yang berjalan mulus dalam pacaran, tetapi kesulitan dalam pernikahan. Saya yakin banyak pasangan yang sudah menikah pasti akan setuju dengan pernyataan tersebut. Pacaran sangatlah berbeda dengan pernikahan. Contohnya:

SHOON INEKEB


Waktu sudah menikah: Aduh, aku pengen istirahat. Kenapa dia tidak bisa berhenti berbicara…Jika doi pakaiannya kerenWaktu pacaran: Stylish banget! Keren abis!Waktu sudah menikah: Baru minggu lalu beli tas, sekarang mau beli sepatu lagi! Orang gila!
Jika doi orangnya bersih
Waktu pacaran: Luar biasa, dia bersih banget orangnya. Wife material!

Waktu sudah menikah: Gila ya, dikit-dikit dibilang kotor! Mau sebersih apa coba!

Jika doi orangnya suka ngobrol
Waktu pacaran: Asik dia suka cerita, jadi ga kehabisan topik ngobrol.
Seringkali sesudah menikah, hal-hal yang dulunya kita anggap sebagai hal positif berubah menjadi hal negatif. Dimana dulunya fokus diletakkan terhadap kecocokan-kecocokan antara satu sama lain, sekarang diletakkan terhadap perbedaan-perbedaan antara satu sama lain. Jadi bagaimana? Apa yang harus kita lakukan? 

AYU-NASUTION

Perbedaan tidak dimaksudkan untuk menghancurkan satu sama lain, melainkan untuk membangun satu sama lain

Sesungguhnya, perbedaan-perbedaan diantara sebuah pasangan bukanlah suatu hal yang buruk. Iblis ingin menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk menghancurkan pasangan suami dan istri, tetapi Tuhan ingin menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk melengkapi satu sama lain.


PADUAI KOMO

Jika pasanganmu orangnya bersih sedangkan kamu tidak, jangan marah karena dia ingin semuanya bersih, tetapi contohlah dia menjadi seorang yang bersih.

Jika pasanganmu orangnya suka berbicara dan kamu tidak, jangan marah karena dia tidak dapat diam, tetapi bersyukurlah karena dengan kehadirannya keluargamu jadi dapat lebih berwarna.







Jika pasanganmu orangnya boros dan kamu tidak, jangan marah karena dia orangnya boros, tetapi tergurlah dengan kasih dan katakanlah bahwa dia sudah memiliki cukup—kamu memiliki kesempatan untuk membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik dalam menggunakan uang.



Pernikahan adalah tentang menerima kelemahan satu sama lain dan mendorong satu sama lain ke arah yang lebih baik. Pernikahan bukanlah tentang “saya,” pernikahan adalah tentang “kita.”

Matius 19:6 mengatakan: “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Marriage is not about ME, Marriage is about WE. Pernikahan adalah sebuah covenant, bukan sebuah contract.



Pelajaran kedua yang dapat saya berikan adalah untuk mengingat bahwa pernikahan bukanlah sebuah contract, melainkan sebuah covenant. Apa perbedaan contract dengan covenant?

Contract: Aku akan melaksanakan bagian-ku, jika dia melaksanakan bagian-nya.

Covenant: Aku akan melaksanakan bagian-ku, bahkan jika dia tidak melaksanakan bagian-nya.



Kuatnya pernikahan tidak ditentukan oleh “perasaan-mu,” melainkan oleh komitmenmu. Bercerai karena kamu kehabisan “perasaan cinta” adalah seperti menjual mobil karena kamu kehabisan bensin. Apa yang seharusnya kamu lakukan ketika bensinmu habis? Kamu mengisinya kembali!

Ingatlah kembali mengapa kamu jatuh cinta kepadanya!
Berdoalah kepada Tuhan agar Dia mengajarkanmu arti kasih dan melayani di dalam pernikahan!
Letakkanlah kembali fokusmu pada hal yang positif dan bukan yang negatif!
Dan ingatlah akan satu hal ini: Kamu tidak memiliki kendali akan apa yang dia lakukan untukmu, tetapi kamu memiliki kendali akan apa yang kamu dapat berikan untuknya. Vow dari sebuah pernikahan bukanlah tentang “kamu sekarang menjadi milik-ku.” Melainkan lebih tentang “aku sekarang menjadi milik-mu.”
Pernikahan bukanlah tentang saling dilayani, melainkan saling melayani. Jika kamu ingin memiliki sebuah pernikahan yang kuat, ingatlah bahwa hubungan ini adalah tentang melayani. Contohlah Kristus, yang memberikan yang terbaik untuk kita sebagai mempelaiNya, bahkan ketika kita telah melakukan hal-hal jahat di mataNya selama ini. Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani oleh kita, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaNya sebagai tebusan atas dosa-dosa kita.




Marilah kita mencontoh kasih Kristus dan menerapkannya di dalam hubungan kita.

“Loving like Jesus means you must value others the way Jesus values you” – Rick Warren

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKIT TAMBOLANG BATULELLENG

Sarambu Sikore Kecamatan Rantekarua(Trans Awan)

BAHAGIA ITU APA??